![]() |
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Togap Simangunsong melakukan kunjungan kerja dan silaturahmi dengan Pejabat dan Jajaran Staf ASN ke Kantor Dinas Perkebunan dan Peternakan Sumut di Jalan Jenderal AH Nasution Nomor 24 Medan, Kamis (4/9/2025). (Foto : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov.Sumut / Munawar Harahap)
Medan, Sumateraherald.com
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) Togap Simangunsong meminta Dinas Perkebunan dan Peternakan Sumut berperan aktif dalam pengendalian inflasi, khususnya dari sektor perkebunan dan peternakan. Salah satu komoditas yang mendapat sorotan adalah daging ayam ras, yang hingga kini masih menjadi penyumbang inflasi di Sumut.
Hal itu disampaikan Togap saat kunjungan kerja ke Kantor Dinas Perkebunan dan Peternakan Sumut, Jalan AH Nasution Medan, Kamis (4/9/2025). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, hingga Agustus 2025, inflasi di Sumut antara lain disumbang oleh beras, bawang merah, serta daging ayam ras dengan kontribusi sebesar 0,12% (m-to-m).
“Saya melihat, dari data Dinas Perkebunan dan Peternakan Sumut, sebenarnya kita mengalami surplus daging ayam ras sebesar 61.526 ton dari total kebutuhan 218.239 ton, dengan produksi 279.766 ton. Namun, meskipun surplus, tetap ada persoalan distribusi, kestabilan harga, dan keterjangkauan masyarakat yang perlu diperhatikan,” jelas Togap.
Untuk itu, ia menegaskan agar Dinas Perkebunan dan Peternakan tetap aktif memantau pasokan serta harga komoditas. Jika ada potensi kelangkaan atau lonjakan harga, langkah cepat harus segera dilakukan dengan berkoordinasi bersama stakeholder dan lintas OPD.
“Penting juga menjaga rantai distribusi, meningkatkan produksi lokal, serta memperkuat sinergi antara petani, peternak, dan pemerintah. Dinas Perkebunan dan Peternakan harus berada di garda terdepan dalam menjaga stabilitas harga pangan sekaligus mendukung upaya Pemprov Sumut mengendalikan inflasi,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Sumut Zakir Syarif Daulay memaparkan kondisi sekaligus tantangan yang dihadapi sektor perkebunan dan peternakan di daerah ini. Luas perkebunan rakyat di Sumut mencapai 2,1 juta hektare dengan komoditas unggulan kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kelapa dalam, serta komoditas lain seperti aren.
“Namun sektor perkebunan rakyat masih menghadapi tantangan, antara lain akses permodalan yang terbatas, rendahnya penerapan teknologi budidaya, dan harga pasar yang fluktuatif,” jelasnya.
Untuk sektor peternakan, Zakir menyebut, pengembangan sapi perah dan kambing banyak dilakukan di Kabupaten Karo, Dairi, dan Simalungun, sedangkan ternak itik dan ayam kampung dikembangkan di wilayah pesisir.
Berdasarkan data ketersediaan pangan hewani, Sumut mencatat surplus daging sapi 10.959 ton, daging ayam ras 61.526 ton, serta telur ayam 473.249 ton. Namun, untuk susu, Sumut masih defisit 675.956.682,04 liter dari kebutuhan 684.196.241,25 liter.
Mengatasi tantangan tersebut, Zakir mengatakan pihaknya telah menerapkan strategi, seperti penggunaan bibit unggul, penerapan praktik budidaya modern, hingga hilirisasi produk melalui pengolahan lokal.
“Dinas Perkebunan dan Peternakan siap mendukung program Asta Cita Presiden melalui upaya swasembada pangan dan energi, serta visi-misi Sumut Bermartabat dan Berkah, khususnya menjaga stabilitas ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing,” tegasnya.